Sejak kasus pertama COVID-19 diumumkan Presiden Jokowi pada awal Maret 2020, banyak hal yang telah berubah di dalam kehidupan kita sehari-hari. Perubahan-perubahan ini efeknya bukan hanya di kehidupan rumah tangga, tapi juga mengubah kebiasaan kita berkantor dengan cukup drastis. Beberapa kali kota-kota besar di Indonesia menjalankan PSBB (dikenal juga dengan PPKM atau lockdown tergantung lokasi anda) dengan skala yang berbeda-beda. Pekerja kantoran yang biasanya menjalankan rutinitas mereka dengan bepergian dari rumah ke kantor dan sebaliknya, diwajibkan untuk mengubah gaya hidup mereka menjadi berbasis remote work. Work from home (atau WFH) yang sebelumnya merupakan sebuah fasilitas untuk sebagian kecil pekerja kantor, tiba-tiba menjadi sebuah norma baru atau new normal. Jarak antara kantor dengan rumah bukan menjadi persoalan lagi. Baik itu di cafe, restoran, hotel, bahkan coworking space - yang penting ada koneksi internet dan stop kontak, pekerja kantoran bisa bekerja dari mana saja. Timbul pertanyaan di benak pekerja kantoran terutama generasi milenial "Jika aku bisa bekerja dari mana saja, mengapa tidak bekerja sambil liburan?"
Sebenarnya konsep work from destination bukanlah hal yang baru. Digital nomadism dan remote work adalah konsep yang sudah lazim di kalangan industri kreatif dan IT, bahkan menjadi trend yang cukup digemari dalam lima tahun terakhir. Di samping itu, Pulau Bali berhasil menjadi salah satu lokasi favorit bagi digital nomads untuk bekerja sambil liburan, seperti yang dibahas di artikel ini .
Bahkan tren ini tidak luput dari radar pemerintahan pusat. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada Januari 2021 mencetuskan bahwa work from destination adalah salah satu konsep yang akan dikembangkan di Indonesia pada beberapa tahun mendatang. Berikut 5 faktor mengapa work from destination akan menjadi norma baru di era paska-pandemi:
1. Pertumbuhan ekonomi dan trend otomasi menyebabkan jenis pekerjaan berubah dari yang berbasis fisik menjadi berbasis digital
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka jumlah pekerja agraria dan industri berat juga akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh: 1) modernisasi atau otomasi pada industri tersebut dan 2) naiknya taraf pendidikan pada generasi muda yang memicu kecenderungan untuk memilih jalur karir di bidang pekerjaan yang dianggap lebih berprospek.
Dapat dilihat dari kurva di atas yang dikutip dari Kompasiana, jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan hampir 25% dari tahun 2009 ke tahun 2018. Ada dua faktor pendukung dari tren ini, yaitu: 1) pekerjaan berbasis fisik bukan merupakan karir yang menjanjian bagi milenial, dan 2) otomasi yang dibantu mesin dan robot telah dengan pesat memungkinkan petani menjadi lebih produktif dan membutuhkan tenaga kerja yang jauh lebih sedikit untuk menghasilkan output yang sama besarnya. Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak heran apabila tren ini akan terus berlanjut.
2. Infrastruktur yang semakin memadai
Untuk memastikan work from destination dapat berjalan dengan baik, akses internet adalah hal yang wajib ada. Di Indonesia sendiri, penggunaan internet telah mengalami pertumbuhan yang pesat.
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Trend ini diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Fasilitas remote work yang sebelumnya hanya tersedia untuk pekerja di kota-kota besar lambat laun akan dapat diakses oleh pekerja di kota-kota lainnya.
Selain akses internet yang kian membaik, perkembangan infrastruktur lainnya seperti akses jalan tol dan pembangunan/ pembaharuan bandara di daerah wisata juga mengambil peranan besar dalam perkembangan trend work from destination. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dibangunnya jalan tol Jakarta-Surabaya, perjalanan lewat darat dari Jakarta ke Denpasar, Bali dapat ditempuh dalam waktu 17 jam saja, padahal sebelumnya, perjalanan tersebut butuh waktu dua hari atau lebih.
3. Flexible workspace semakin menjamur dan semakin dikenal fungsinya
Di kalangan milenial, istilah coworking space sudah sangat dikenal dan diminati penggunanya. Pemahaman bahwa pekerjaan kantoran harus dikerjakan di gedung perkantoran yang formal sudah semakin ketinggalan jaman dan bekerja dari tempat yang tidak konvensional, seperti cafe dan coworking space, menjadi hal yang trendy bahkan digemari karena alasan-alasan berikut:
Dapat dilihat bahwa transisi dari gedung perkantoran ke coworking space tidak hanya menguntungkan karyawan, tapi juga menguntungkan perusahaan pemberi kerja. Termin pembayaran coworking space yang cukup fleksibel dengan kondisi perlengkapan kantor yang sudah lengkap memungkinkan perusahaan untuk memperkecil resiko mereka ketika sedang mencari kantor untuk karyawannya.
Transisi dari gedung perkantoran ke coworking space menguntungkan karyawan dan juga perusahaan pemberi kerja.
4. Tren perusahaan dalam meningkatkan investasi di employee benefits
Sudah berakhir masa di mana seorang karyawan muda yang bekerja di sebuah perusahaan berharap untuk dapat bertahan di perusahaan dan karir yang sama selama puluhan tahun sampai masa pensiun. Pekerja milenial berpindah pekerjaan dalam tingkat yang jauh lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Salah satu tantangan perusahaan di masa kini adalah bagaimana supaya karyawan tetap senang dan engaged. Berdasarkan survei yang dilakukan Lasalle terhadap 4.000 perusahaan, fasilitas nomor satu yang didambakan karyawan yaitu pengaturan kerja yang fleksibel (flexible work arrangement).
Fasilitas nomor satu yang didambakan karyawan yaitu pengaturan kerja yang fleksibel (flexible work arrangement).
Fleksibel dalam konteks ini yaitu fleksibel akan tempat kerja dan fleksibel dalam jam kerja. Di era pandemi ini, fleksibilitas tersebut seakan-akan dimudahkan dan diharapkan. Ketika karyawan dibebaskan dari tempat kerja yang monoton dan jam kerja yang tetap, maka secara alami mereka akan mengadopsi work from destination. Ini semuanya membawa kita ke poin terakhir, yaitu:
5. Peran pemerintah dalam mendukung program work from destination
Ketika pandemi mulai marak di Indonesia pada awal tahun 2020, pemerintah dari jajaran pusat sampai daerah menjalan protokol kesehatan yang gencar demi membatasi penyebaran COVID-19. Salah satu prokes yang paling banyak diterapkan yaitu work from home atau dikenal dengan abreviasi nya WFH. Praktik WFH sendiri sebenarnya sudah banyak diadopsi terutama oleh perusahaan-perusahaan startup berbasis digital bahkan sebelum era pandemi ini. Sekarang, WFH telah menjadi sebuah norma dan bukan lagi fasilitas.
Praktik WFH ini telah menghilangkan keharusan bagi karyawan untuk hadir secara fisik ke kantor perusahaan setiap hari. Dengan modal internet yang cepat dan laptop (yang biasanya sudah disediakan oleh perusahaan), seorang karyawan dapat bekerja dari mana pun bahkan dari kota atau negara yang berbeda. Ini yang disebut dengan work from destination, yaitu ketika seorang karyawan bukan saja bekerja dari rumah (home), tapi bekerja dari daerah tujuan (destination). Daerah tujuan ini biasanya di kota atau negara lain dimana karyawan tersebut sedang kunjungi, yang idealnya adalah daerah pariwisata. Ketika bekerja dari mana saja merupakan sebuah opsi, mengapa tidak bekerja sambil liburan?
Ketika bekerja dari mana saja merupakan sebuah opsi, mengapa tidak bekerja sambil liburan?
Kantor Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di Bali
Konsep ini tidak hanya digemari oleh pekerja, bahkan tempat destinasi juga berlomba-lomba untuk membuat program-program yang mendukung work from destination tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Tidak mau ketinggalan, pemerintahan Presiden Jokowi juga mau mempopulerkan program ini, bahkan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno sendiri menjalankan program tersebut dengan bekerja dari Bali sejak Januari 2021 - memberikan bukti nyata bahwa program work from destination tersebut bisa berjalan baik.
Biliq Bali adalah sebuah penyedia coworking space di Bali yang berkomitmen sepenuhnya mendukung program work from destination. Kami menyediakan ruang kerja bernuansa alami moderen yang dapat mengakomodasi freelancer solo sampai perusahaan startup dengan jumlah karyawan 50 orang. Kami juga menyediakan coliving space bagi profesional muda yang membutuhkan tempat tinggal yang memiliki internet cepat dan akses ke coworking space.
Hubungi kami lewat email di hello@biliqbali.com dan kunjungi website kami www.biliqbali.com apabila Anda ingin mengenal lebih lanjut tentang program-program yang kami tawarkan.
Comments